Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2019

[Allah melihat, malaikat mencatat]

Semua dari kita mungkin pernah melakukan sebuah kesalahan, sebuah dosa, sebuah maksiat secara diam diam, sendirian. Entah itu berbohong, menutupi kebenaran, mencuri atau berbuat hal hal aneh dibalik layar laptop atau handphone. Awalnya biasa aja, ngerasa aman karena tidak ada yang tahu. Tapi tanpa disadari justru itu jadi bom waktu untuk diri sendiri. Hidup jadi ga tenang, hari hari seperti buronan, takut ada yang tahu, takut kalau kalau perbuatan dosa itu terungkap, takut kalau bom itu akhirnya akan meledak. Salah seorang salaf berkata, "Ketakutan yang timbul dihatimu, ketika pintu mulai bergerak terbuka, sedangkan kau sedang berbuat dosa, itu lebih besar dan buruk di mata Allah dibanding dosa itu sendiri karena Allah lebih pantas untuk ditakuti" Sungguh menyedihkan teman, ketika yang kita takutkan adalah manusia akan tahu tentang perbuatan dosa kita tetapi tidak takut dengan Allah yang mengetahuinya lebih dulu. Saat  melakukan dosa secara diam diam kita pikir tidak...

[Biduk]

Harinya bergelut dengan sakit Jamnya bertemankan kecewa Menitnya bergandengkan sunyi Bahkan detik dengan acuh buang muka padanya Ia mengeluh dengan hidupnya Merutuki nasibnya Merasa Tuhan tak adil padanya Bahkan sesekali ia menyalahkan takdir yang sudah digariskan untuknya Ia terlalu nyaman dengan hari ini Esok tak pernah jadi harapannya Karena yang ia tahu, semesta tak pernah berada dipihaknya Padahal yang ia tak tahu, ia istimewa Dipilih langsung oleh Tuhan untuk menjadi secercah cahaya dalam gelapnya hidup seseorang Yang ia tak tahu, ia ajaib Dengan kata katanya, ia mampu mengubah hidup seseorang Dengan keberadaannya, ia pernah menjadi alasan seseorang bertahan hidup Dan hanya lewat senyumnya, ia mampu mentransfer kekuatan agar seseorang mampu berdiri sendiri Ia bukan Sirius, teman Ibaratkan rasi bintang, ia sekelas Big Dipper; bukan hanya pelita dalam kegelapan tetapi juga pemberi arah untuk mereka yang tersesat. Dan tanpa ia sadari, hidup yang selalu dikel...

[Ubah Insekyur Jadi Bersyukur]

Omongan orang lain tentang kekurangan kamu akan terus datang. Kamu ga mungkin bisa menghentikan itu. Gimana pun caranya. Jadi, kamu yang harus belajar. Belajar bersyukur. Belajar terima keapa adaannya dirimu. Belajar untuk memfilter mana ucapan yang baik dan tidak untuk kesehatan mentalmu. Dan jangan lupa, lakukan sebuah pembuktian.  Karena balas dendam terbaik adalah menjadikan dirimu lebih baik. -Ali bin abi thalib Tanamkan sebuah resolusi yang kuat dalam dirimu, "Sebagaimananya diriku, aku pasti bisa".  Jadikan kekuranganmu sebagai sebuah kekuatan. Jadikan kekuranganmu sebagai sebuah tolak ukur untuk kamu melakukan sesuatu dengan maksimal. Jadikan kekuranganmu sebagai pondasi dari tiang tiang semangatmu. Jangan sedih. Jangan insekyur. Setiap orang pasti memiliki kekurangan. Yang terpenting bagaimana setiap orang itu mampu membuktikan bahwa dengan kekurangannya dia bisa melakukan lebih.  Terlepas dari dirimu yang kau anggap banyak kurangnya. ...

[Ga tau, lagi pen nulis aja pt. 2]

"Selamat ulang tahun, Mera Ayshalynn" Bisik Biru tepat ditelinga Mera. Refleks Mera memeluk Biru, "Makasih ya, Ru. Lo emang sahabat yang paling juara deh" Biru membalas pelukan Mera sambil mengusap pelan puncak kepala Mera, "Mer, gue sayang sama lo" "Gue juga sayang sama lo, Ru. Sayang banget malah" Biru hanya tersenyum. Dia sudah tau bahwa Mera akan mengatakan kalimat tersebut setiap kali Biru mengatakan kalau dia sayang Mera.  "Tapi gue beda, Mer. Rasa sayang gue bukan rasa sayang ke sahabat. Gue sayang lo sebagai laki laki ke perempuan" Deg. Kata kata Biru membuat Mera terkejut sekaligus berpikir, tak berani ditatapnya Biru bahkan untuk melepaskan pelukan saja ia tak berani. Apa iya? Apa iya Biru orangnya? Apa iya pencarianku selama ini justru berpulang kepada sahabatku sendiri? , batin Mera.    "Mer? Mera? Lo denger gue kan?" Biru berbisik kecil tepat ditelinga Mera. "Ha? Iya, Ru?" Bisikan Biru menyada...

[Heum Dasarrrrr]

Gambar
Saling menyalahkan padahal saling salah. Saling merasa korban padahal saling menyakiti. Saling tidak acuh padahal saling ingin tahu. Saling gengsi padahal saling rindu. Kata maaf sudah berulang tapi memaafkan jadi mahal harganya. Bukan dendam, bukan. Tapi masih berkabung marah yang belum reda. Sudah bukan siapa-siapa harusnya sudah tidak apa-apa. Tapi ngga, untuk saling sapa saja sulit. Lucu sekali, ketika dua insan dipermainkan oleh ego masing-masing. Heum dasarrrrr.

[Sawang Sinawang]

"Enak ya dia blablabla" "Hebat ya dia blablabla" "Masih muda tapi udah sukses blablabla" "Beruntung banget sih blablabla" Seringkali kita ' iri ' melihat pencapaian orang kebanyakan. Seringkali kita jadi ' menyalahkan ' garis takdir karena tidak memiliki kehidupan seberuntung orang kebanyakan.  Atau bahkan sampai rendah diri dan merasa tidak berguna hanya karena tidak bisa seperti orang kebanyakan.  Padahal, diluar dari apa yang ditampilkan oleh orang kebanyakan itu ada banyak hal yang tidak kita ketahui. Tentang bagaimana cara dia merayu Sang Pemilik Alam disepertiga malamnya saat kita sudah masuk ke negeri antah-berantah dalam mimpi. Bagaimana dengan relanya ia mengorbankan masa muda yang seharusnya bisa ia pake buat 'senang-senang' demi masa tua yang bahagia. Bagaimana ia belajar sampai larut malam dalam keadaan kantuk sedangkan kita sudah pulas dalam tidur. Bagaimana ia memohon doa restu bersimpuh...

[Dekap]

Diujung dermaga beratapkan langit Ku tuliskan pesan tersirat dalam surat yang siap dibawa membumi oleh matahari Cahayanya memancarkan harapan Angin siap jadi saksi pengabulannya Malam, ketika aku pulang kedalam pangkuan ibu dengan langkah kaki yang entah berapa kali tersuruk dan terantuk untuk bercerita banyak tentang; Tentang pahit manis kehidupan Tentang lembar-lembar yang dilayangkan Tentang Penolakan Tentang keringat dan air mata Hingga tentang diri yang masih belum ketemu jati Tapi pesan ibu selalu menenangkan, "Hidup harus berani dan yakin" Kalimat remeh-temeh yang berhasil menghidupkan kembali api semangat yang mulai redup Sederas ombak doa-doa yang aku langitkan Setegar karang usaha yang terus aku lakukan Masih dalam pangkuan, aku meredam diri dengan merapal beberapa ingatan Melawan kehidupan dalam eratnya pelukan Raga yang hampir tumbang akibat paksaan keadaan Diriku bertanya dengan pelan, "Inikah bentuk keadilan?"

[Sang Melankolis]

Dia punya hari yang sibuk. Sibuk sekali bahkan. Siang tadi di bandara, malam sudah di bandara lagi.  Check in. Take off. Touch Down. Dua bandara yang berbeda, teman.  Hari-harinya ramai. Penuh warna. Siang disana, malam sudah kembali disini.  Seminar. Lomba. Ketemu orang baru. Dua kota yang berbeda, teman. Raganya lelah bukan main. Tapi jiwanya enggan menyerah. Semangat dalam dirinya sedang antre menunggu giliran ingin direalisasikan. Ide-ide dalam kepalanya sudah demo ingin segera dituangkan. Kantung matanya yang besar, kalah telak dengan senyumnya yang jauh lebih besar. Jajaran sertifikat adalah bukti nyata. Kalau waktunya bukan dihabiskan dengan sia-sia.  Bangga. Saya yang bangga:)

[Terus Belajar dan Bergerak]

Tidak semua yang kita inginkan bisa langsung kita dapat  Tidak semua yang kita butuhkan bisa langsung terpenuhi Jangan sedih. Jangan kecewa. Coba lagi. Hidup itu yah selalu tentang berhasil dan belajar, bukan gagal. Tidak ada yang harus disalahkan. Kita selalu punya pilihan, mau sedih-sedihan terus atau berusaha untuk ikhlas. Tenang saja. Jangan risau. Kalau yang ini belum Allah kasi, berarti ada sesuatu yang besar sedang Allah persiapkan. Allah akan ganti dengan yang lebih baik. Tapi, diwaktu yang tepat menurut Allah, bukan menurut kita. Allah kan sudah janji:) _____________ Sedih? Boleh Menyerah? Jangan We have to move Hidup itu seperti mengayuh sepeda, kita harus terus bergerak agar tetap seimbang. -Einstein Begitulah kira-kira kata salah satu ilmuwan dunia. Dan benar, kita harus terus bergerak. Tidak peduli dalam keadaan apapun Kalau tidak sanggup berlari, maka berjalanlah. JIka berjalan juga tidak mampu, maka merangkaklah....