Postingan

[Ga tau, lagi pen nulis aja pt. 4]

Disudut ruangan tanpa cahaya, seseorang menatap lurus penuh luka. Luka itu bukan diberikan oleh orang lain, luka itu justru datang diundang oleh dirinya sendiri. Dirinya sendiri yang mengurung dirinya, mengikatkan tali pada tangannya dan memasung kakinya. Dirinya sendiri yang menyayat habis habisan jiwa yang sudah tak sanggup lagi berdiri. Dirinya sendiri yang membiarkan luka terus menganga bahkan meneteskan air perasan jeruk nipis agar semakin terasa sakitnya, agar masih terasa baru. Mati adalah keinginan utamanya tapi Tuhan masih membiarkan dia hidup, didalam kehampaan dan kekosongan yang mengisi harinya. Tuhan masih memberikan dia napas dengan udara yang justru menghimpit bukan melapangkan dadanya. Topeng yang digunakannya sudah lusuh, saking lamanya tak pernah dilepas. Dirinya sudah bukan lagi dirinya sejak kejadian dua tahun silam. Kejadian yang berhasil merenggut seluruh dunianya. Kejadian yang menghadirkan rasa bersalah paling dalam dilorong hatinya.  Dia menyiksa dir...

[ BUKAN Kebetulan]

Percayakah kamu pada sebuah kebetulan? Seperti, ketika kamu sedang belanja disebuah mini market dan ketika ingin membayar ternyata kau lupa membawa dompet bersamamu lalu ada seseorang yang dengan senang hati membayarkan semuanya untukmu. Ketika kau sedang berjalan jauh dari kota tanpa ada satu kendaraanpun yang lewat lalu ada seseorang sedang bersepeda dan bersedia memboncengmu sampai ketujuan. Ketika kamu berdiri diemperan toko hendak pulang kerumah tapi hujan masih mau turun lalu tiba tiba ada seseorang yang meminjamkanmu payung. Apakah kejadian kejadian tersebut adalah sebuah kebetulan? atau memang campur tangan semesta? Kalau iya kebetulan, tapikan perjalanan hidup kita sudah ditulis Tuhan dalam novel tebal bahkan sebelum kita lahir? Masihkah kau anggap itu sebuah kebetulan? Apakah yang kau anggap kebetulan itu berlaku untuk kisah sepasang insan dalam cerita ini? Nanti, kau akan temui sepasang insan dari dua belahan bumi berbeda akan bersatu bukan karena ...

[Inner Circle]

"The bigger you are, the smaller your inner circle is" -Unknown Saya bukan orang yang pilih pilih teman, tapi sahabat iya. Memang benar adanya kalimat diatas. Secara sadar atau ngga, semakin kita besar, inner circle kita semakin mengecil. Ini bukan kasus yang harus dikhawatirkan, memang sudah seperti hukum alam. Bukan karena gamau, tapi kita jadi lebih selektif aja. Semakin dewasa, kita cuma butuh teman yang sefrekuensi, teman yang bisa diajak diskusi, teman yang open minded, teman yang menghargai privasi satu sama lain, bukan teman buat hepi-hepi aja. Semakin kesini juga semakin kelihatan, mana yang pantas untuk diprioritaskan dan mau memprioritaskan balik. Karena sebagian orang selalu lupa dengan teori 'give and take'. Diluar dari kita semua udah punya dunia masing masing yang sibuk dan susah buat ngumpul, kita juga sudah terlalu capek sama segala macam drama pertemanan. Kita sudah terlalu capek dengan kata 'nga enakkan'. Kita sudah terlalu capek ...

[Yang Berani]

Gambar
Yang berani jatuh, akan bangkit Yang berani sakit, akan sembuh Yang berani patah, akan tumbuh Yang berani gagal, akan berhasil Yang berani hilang, akan berganti Yang berani terbentur, akan terbentuk Yang berani tersesat, akan menemukan jalan Yang berani perang, akan menikmati menang Yang berani mencoba, akan menemukan hasil Yang berani berlayar, akan menemukan dermaga Semua sudah pada porsinya masing masing, kita memang harus berani pergi untuk memaknai pulang. Semua hal punya pasangannya, siang dengan malam, laki laki dengan perempuan, begitupun dengan hal yang membuat kita belajar. Jangan risaukan, selalu ada jalan untuk mereka yang terus mencarinya. Nanti, semua akan benar baik baik saja, saat kata lelah tak lagi bermakna apa apa, saat kata istirahat justru jadi pertanyaan "itu apa?". Semua akan kau nikmati, diwaktu yang tepat, tidak terlalu cepat atau terlalu lama, dan dengan porsi yang pas, tidak kurang dan tidak lebih. 

[Kehidupan Adalah Ujian]

Ujian itu banyak bentuknya, banyak jenisnya, banyak rupanya, banyak wujudnya. Sesekali datang dalam wujud yang paling tak diinginkan. Seringkali datang dalam wujud yang membahagiakan. Tapi sering kali kita lupa, kalau yang membahagiakan juga bisa menyesatkan. Seringkali kita pikir ujian hanya datang dalam bentuk kekurangan harta, ditinggalkan oleh orang-orang tersayang, berbagai penyakit, status sosial yang rendah, dan hal-hal yang ditolak oleh setiap insan. Tetapi yang sering kita lupa ujian juga datang dalam bentuk yang membuat insan tersebut merasa aman. Seperti kekayaan, dikelilingi oleh orang banyak, status sosial yang melambung, jabatan, terkenal, dan hal hal yang sangat diinginkan. Ujian itu bukan hanya apa yang Allah ambil, tetapi juga apa yang sudah Allah beri. Ujian itu bukan hanya hal yang menyusahkan tetapi juga hal yang menyenangkan. Dengan demikian, kehidupan ini juga sejatinya adalah ujian. Ujian untuk mengukur siapa yang mampu bersyukur atau justru malah kufur ...

[Ibu]

Yang paling besar, hatinya Yang paling sabar, jiwanya Yang paling deras, doanya Yang paling tulus, cintanya Yang paling hangat, rahimnya Yang paling ikhlas, didikannya Yang paling nyaman, pelukannya Yang paling tenang, perkataannya Dia adalah sosok yang paling cerewet Sosok istimewa, cerminan malaikat, dan tempat pulangnya anak-anak, Ibu

[Ayah]

Yang paling besar, jiwanya Yang paling kuat, tulangnya Yang paling tangguh, raganya Yang paling deras, keringatnya Yang paling jujur, perkataannya Yang paling bijaksana, sikapnya Yang paling tulus, kasih sayangnya Yang paling berat, tanggung jawabnya Dia adalah sosok yang paling sering terlupakan Sosok pelindung, cerminan pahlawan, dan cinta pertama anak perempuannya, Ayah